Jumat, 21 Mei 2021

ISOLASI MANDIRI EKSKLUSIF DI HOTEL DENGAN PENGAWASAN TIM MEDIS!



Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini merupakan salah satu pandemi terbesar sepanjang sejarah manusia. Bagaimana tidak? hampir seluruh belahan dunia merasakan tidak terkecuali negara kita tercinta Indonesia. Pandemi Covid-19 ini menyerang semua sektor ekonomi termasuk industri pariwisata dan perhotelan. 

Pemerintah mengusulkan menggunakan perbankan sebagai modal usaha menghadapi sulitnya perkembangan industri di masa pandemi Covid-19 ini. Bagaimanakah hasilnya? Walaupun usulan pemerintah sedikit meringankan beban para penggelut industri perhotelan, namun tetap membutuhkan relaksasi yang lebih nyata dibandingkan dengan meminjam apalagi ketika meminjam harus juga mengembalikan sedangkan pemasukan yang ada adalah nihil atau sangat kurang dari target.

Banyak sudah yang melakukan analisa-analisa bagaimana agar industri perhotelan di Indonesia tidak mati. Banyak sudah solusi yang cukup baik namun hanya untuk bertahan saja kedepannya tidak ada yang tahu. Salah satu solusi yakni adalah pemangkasan karyawan, solusi ini sebenarnya bukan solusi yang dapat memecahkan masalah namun dampak dari solusi ini sangatlah besar yakni banyak terjadinya pengangguran maka terjadilah kemiskinan lalu terjadi banyak kriminalitas. 

Pemerintah sedang mengupayakan untuk solusi yang lebih baik lagi dan solusi dari pemerintah adalah bagaimana cara tetap melayani tamu hotel namun dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat contohnya adalah bagi seorang yang ingin menginap di suatu hotel harus membawa keterangan bebas Covid-19 atau hasil tes swab namun di mata masyarakat solusi itu sangatlah berat dengan biaya tes swab yang mahal maka industri perhotelan akan jalan di tempat dan tetap melakukan solusi pemangkasan karyawan.

Hotel sebagai tempat isolasi  

Usaha perhotelan saat ini masih dalam keadaan yang tidak baik-baik saja terlebih pola pikir orang-orang yang menganggap jika hotel itu bagus maka hotel tersebut telah menerapkan protokol kesehatan yang baik, sedangkan bagi hotel yang memiliki bintang kurang dari 4 akan dipandang sebelah mata. 

Dilansir dari situs Indonesia.go.id, pemerintah menganggarkan dana sebesar 3,5 triliun untuk penyewaan hotel sebagai tempat isolasi orang tanpa gejala yang difokuskan untuk hotel bintang 2 sampai 3, namun jika hotel tersebut telah setuju maka hotel tersebut tidak dapat menerima tamu biasa “orang yang sehat” dan hanya difokuskan untuk tempat isolasi khususnya pasien tanpa gejala. Hotel yang bekerjasama dengan pemerintah memiliki kesempatan untuk tetap berkembang di masa pandemi ini karena jika hanya mengandalkan tamu biasa saja maka target yang dicapai tentu tidak akan tercukupi oleh karena itu dengan bekerja sama dengan pemerintah maka hotel tersebut masih dapat berdiri dan mempertahankan karyawannya. 

Hotel akan menyediakan paket-paket isolasi mandiri bagi pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) dengan berbagai macam penawaran. Terdapat paket yang tersedia untuk isolasi mandiri dari 7 hingga 14 hari lamanya. Dalam paket tersebut sudah termasuk dalam fasilitas kamar VIP bersih dan nyaman, pilihan menu makanan 3 kali sehari, akses wifi tanpa batas, konsultasi dan kunjungan dari dokter umum dan dokter spesialis, swab PCR, pemeriksaan darah, rontgen thorax, alat oksimetri jari dan termometer digital, multivitamin, surat keterangan sehat, serta alat dan obat-obatan yang dibutuhkan lainnya.

Pola kerjasama itu juga memberikan nafas bisnis bagi kalangan industri perhotelan di tengah tingkat hunian kamar hotel yang turun selama pandemi. Harapan dipilihnya hotel bisa menjadi alternatif untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 yang lebih luas. Tentu, ketersediaan swasta untuk ikut membantu pemerintah terutama menyediakan fasilitas hunian sementara bagi pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) patut diapresiasi.

Sabtu, 03 Oktober 2020

KESEHATAN MENTAL GENERASI Z

KONDISI KESEHATAN MENTAL GENERASI Z DI MASA SEKARANG


Generasi Z Menurut penelitian American Psychological Association (APA) tahun 2018 berjudul “Stress in America: Generation Z”, anak muda usia 15 sampai 21 tahun adalah kelompok manusia dengan kondisi kesehatan mental terburuk dibandingkan dengan generasi-generasi lainnya. Mereka adalah generasi Z, atau yang diartikan Taylor & Keeter (2010) sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1993 sampai tahun 2005.

Menurut penelitian American Psychological Association (APA) tersebut, diperoleh hasil bahwa sebanyak 91 persen generasi Z mempunyai gejala-gejala emosional maupun fisik yang berkaitan dengan stres, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Stres adalah faktor terbesar penyebab buruknya kesehatan mental generasi Z. Penelitian yang dilakukan APA tersebut melibatkan wawancara dengan 3500 terwawancara berumur 18 tahun ke atas, dan 300 wawancara dengan terwawancara usia 15 sampai 17 tahun.

Stres yang dialami banyak orang dalam generasi Z disebabkan oleh beberapa hal. Peningkatan angka bunuh diri, peningkatan laporan terhadap kasus kekerasan dan pelecehan seksual, hingga pemanasan global dan perubahan iklim adalah beberapa faktor pemicu stres generasi Z. Isu-isu tersebut bisa menjadi persoalan tersendiri bagi individu-individu dalam generasi Z akibat tingginya aksesibilitas informasi bagi generasi Z.

Setelah tekanan kehidupan, generasi Z juga merasakan stres akibat informasi-informasi tak terbendung yang beredar di sekitarnya. Banyaknya jumlah media massa yang berbasis internet atau media daring membuat generasi Z semakin dekat dengan informasi dari seluruh dunia. Termasuk di dalamnya adalah informasi mengenai masalah-masalah di dunia dan sekitarnya. Karena banyak terpapar informasi, semakin pahamlah generasi Z terhadap permasalahan-permasalahan itu.

Keakraban generasi Z dengan teknologi bukan semata-mata implikasi dari kemajuan zaman, tetapi juga mempengaruhi aspek psikologis dan behavioralnya. Menurut Toronto (2009), terdapat kecenderungan generasi Z memanfaatkan tekonologi untuk menghindari perjuangan di kehidupan offline mereka dan untuk menemukan kenyamanan (berbaur) dengan melarikan diri dan berfantasi untuk mengisi waktu maupun kekosongan emosional. Ternyata, generasi ini memanfaatkan dunia virtual sebagai tempat “pelarian” dari kehidupan nyata. Sayangnya, internet bisa membuat  kondisi kesehatan mental generasi Z menjadi lebih buruk.

Sebanyak 55 persen generasi Z merasakan medsos memberikan mereka dorongan yang positif bagi diri mereka. Di sisi lain, 45 persen generasi Z mengaku medsos membuat mereka merasa dihakimi dan sebagian lain merasa buruk tentang dirinya sendiri akibat medsos. Kebebasan berpendapat di media sosial adalah penyebabnya. Berbeda dengan media massa yang mempunyai sosok gatekeeper untuk menjaga arus keluar-masuk informasi, siapa saja bisa mengatakan dan menyebarkan apa saja melalui medsos. Perkataan atau komentar berbau kebencian juga termasuk hal yang secara bebas bisa tersebar di medsos.

Generasi Z mempunyai kecenderungan memandang dunia sebagai tempat yang tidak aman. Hal itu disebabkan oleh beberapa kalangan di generasi Z lahir di masa-masa peperangan. Salah satu contohnya adalah serangan teroris pada 11 September 2001. Mereka yang sudah lahir harus menyaksikan orang-orang, termasuk orang tua mereka, terbunuh maupun terluka akibat peperangan. Hal itu mempengaruhi pandangan mereka mengenai dunia. Selain menilai dunia sebagai tempat yang tidak aman, secara bersamaan generasi Z mempunyai kesadaran global yang tinggi, seperti pendidikan, toleransi, dan ketenagakerjaan.

Kondisi kesehatan mental generasi Z sangat perlu untuk menjadi perhatian banyak pihak. Selain kajian-kajian ilmiah mengenai penyebab kondisi psikologis ini, berbagai pihak juga perlu terus mengembangkan sosialisasi mengenai pentingnya kesadaran kesehatan mental.Generasi Z yang dekat dengan teknologi hingga mempunyai akses informasi yang luas perlu bersikap pro-aktif dalam memahami kondisi kesehatan mentalnya sendiri. Selain memperbanyak bacaan, generasi Z juga perlu memanfaatkan akses informasi untuk mencari bantuan klinis bila memang dibutuhkan. Mengikuti komunitas pendukung dan menemukan teman berbagi masalah-masalah yang tengah dihadapi juga langkah yang amat penting. Generasi muda yang kelak akan membangun bangsa ini perlu untuk menjaga dirinya sendiri, baik secara fisik maupun psikis.


ISOLASI MANDIRI EKSKLUSIF DI HOTEL DENGAN PENGAWASAN TIM MEDIS!

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini merupakan salah satu pandemi terbesar sepanjang sejarah manusia. Bagaimana tidak? hampir seluru...